pasar saham Jepang mengalami guncangan besar pada hari Senin, dengan Indeks Nikkei 225 anjlok hampir 4% dan jatuh di bawah angka 36.000. Ini merupakan level terendah dalam enam bulan terakhir. Indeks Topix yang lebih luas juga ikut terpuruk 3,5% ke 2.660, yang merupakan titik terlemah dalam hampir tiga minggu. Penyebab utama kejatuhan ini adalah sentimen negatif dari Wall Street serta ketegangan baru dalam perdagangan global, terutama karena tarif baru yang akan diberlakukan oleh Amerika Serikat pekan ini.

Presiden Donald Trump berencana untuk menerapkan tarif sebesar 25% pada mobil impor, sebuah pukulan telak bagi sektor ekspor otomotif Jepang yang sangat bergantung pada pasar AS. Selain itu, Trump juga mengumumkan rencana penerapan kebijakan perdagangan yang lebih bersifat timbal balik, yang berarti negara lain kemungkinan akan menghadapi tarif tambahan jika dianggap tidak adil terhadap produk-produk Amerika. Kebijakan ini membuat investor di Jepang semakin waspada terhadap potensi dampaknya terhadap ekonomi domestik.
Selain faktor eksternal, investor juga harus menghadapi data ekonomi dalam negeri yang beragam. Sektor industri memberikan sedikit harapan dengan laporan produksi yang melampaui ekspektasi pada bulan Februari. Namun, di sisi lain, angka penjualan ritel justru mengecewakan dan berada di bawah perkiraan. Hal ini mencerminkan ketidakpastian dalam konsumsi domestik, yang merupakan elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.
Bukan hanya sektor otomotif yang terpukul, hampir semua sektor saham mengalami penurunan signifikan. Saham-saham teknologi, konsumsi, dan industri terkena dampak paling besar. Beberapa perusahaan besar yang mengalami penurunan tajam antara lain Disco Corp yang anjlok 6,5%, Fujikura yang turun 7,3%, dan Advantest yang merosot 6,2%. Bahkan raksasa otomotif Toyota Motor pun tak luput dari aksi jual dengan penurunan 3,1%, sementara Kawasaki Heavy Industries turun 4,7%.
Kondisi ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh kebijakan perdagangan global terhadap pasar saham Jepang. Investor kini menanti langkah-langkah pemerintah Jepang dalam merespons kondisi ini, baik melalui kebijakan ekonomi maupun diplomasi perdagangan. Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Para pelaku pasar pun kini harus lebih waspada dalam menyusun strategi investasi mereka di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung.