Harga emas turun tajam ke bawah $3.055 per ons pada hari Kamis setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi baru di atas $3.160. Lonjakan harga ini terjadi akibat meningkatnya kekhawatiran risiko setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru. Trump menetapkan tarif dasar 10% untuk semua impor dan tarif lebih tinggi untuk negara-negara dengan surplus perdagangan terhadap AS, seperti China (34%), Uni Eropa (20%), dan Jepang (24%). Selain itu, tarif 25% untuk mobil buatan luar negeri juga mulai berlaku hari ini.
Trump juga memperluas kebijakan tarif timbal balik terhadap berbagai negara dengan tarif bervariasi. Beberapa di antaranya adalah Chile (10%), India (26%), Israel (17%), Brazil (10%), China (34%), Jepang (24%), Turki (10%), Taiwan (32%), Vietnam (46%), Pakistan (29%), Thailand (36%), Australia (10%), Malaysia (24%), Kolombia (10%), Sri Lanka (44%), Singapura (10%), Indonesia (32%), Kamboja (49%), Filipina (17%), Swiss (31%), Bangladesh (37%), Korea Selatan (25%), Afrika Selatan (30%), Inggris (10%), dan Uni Eropa (20%). Kebijakan ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan global dan menambah ketidakpastian ekonomi.
Trump mengklaim kebijakan tarif ini akan meningkatkan produksi manufaktur dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan. Namun, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran di pasar global, yang mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas. Selama ketidakpastian ekonomi meningkat, emas memang sering menjadi pilihan utama para investor untuk menjaga nilai aset mereka.
Selain faktor tarif, harga emas juga mendapat dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga, aksi beli oleh bank sentral, serta meningkatnya permintaan terhadap ETF berbasis emas. Salah satu contohnya adalah China, yang menambahkan 233.000 ons emas ke ETF mereka. Hal ini semakin memperkuat keyakinan bahwa emas tetap menjadi investasi yang menarik di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Sementara itu, para investor kini menunggu laporan non-farm payrolls dari AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve. Jika data ketenagakerjaan melemah, peluang pemangkasan suku bunga semakin besar, yang bisa kembali mendukung kenaikan harga emas.
Secara keseluruhan, emas masih menjadi aset yang menarik bagi investor di tengah ketidakpastian global. Dengan kombinasi kebijakan tarif yang agresif, ekspektasi pelonggaran moneter, serta meningkatnya permintaan emas dari ETF dan bank sentral, harga emas berpotensi tetap kuat dalam waktu dekat. Namun, semua mata kini tertuju pada data ekonomi AS yang akan segera dirilis, yang bisa menjadi faktor penentu arah pasar selanjutnya.