Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Republik Trader
    • Beranda
    • Berita
      • Berita Financial
      • Indikator dan Strategy
    • Edukasi
    • Exchange
    • Broker
    • Membership
    LOGIN DASHBOARD MEMBER
    Facebook Instagram YouTube Telegram
    Republik Trader
    Beranda » Tembaga Cetak Rekor Tertinggi: Dampak Tarif AS & Stimulus China
    BERITA FINANCIAL

    Tembaga Cetak Rekor Tertinggi: Dampak Tarif AS & Stimulus China

    AS7By AS725 Maret 2025Updated:25 Maret 2025Tidak ada komentar2 Mins Read
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    Share
    Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link

    Harga Tembaga bertahan di sekitar $5,1 per pon pada Selasa, mendekati rekor tertinggi. Para pedagang masih mencermati kebijakan global yang bisa memengaruhi pasokan dan permintaan logam ini. Salah satu faktor utama adalah potensi tarif yang akan dikenakan oleh Amerika Serikat. Bulan lalu, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif untuk menyelidiki impor tembaga, dengan alasan risiko keamanan nasional akibat ketergantungan yang meningkat pada pasokan luar negeri. Langkah ini memicu spekulasi bahwa tarif 25% bisa segera diberlakukan, membuat pedagang buru-buru mengamankan pengiriman sebelum kebijakan tersebut benar-benar diterapkan. Akibatnya, pasokan di tempat lain semakin ketat.

    Di sisi lain, China—sebagai salah satu konsumen tembaga terbesar di dunia—baru saja menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% dan menaikkan defisit fiskalnya ke level tertinggi dalam tiga dekade. Pemerintah China juga mengumumkan berbagai langkah stimulus untuk meningkatkan konsumsi dan permintaan domestik. Kebijakan ini berpotensi mendorong permintaan tembaga lebih jauh, terutama karena logam ini merupakan bahan utama dalam banyak sektor industri, mulai dari konstruksi hingga teknologi.

    Permintaan tembaga memang terus meningkat, didorong oleh tren global seperti elektrifikasi, energi terbarukan, dan kecerdasan buatan. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kendaraan listrik semakin populer, yang berarti kebutuhan akan tembaga untuk baterai dan infrastruktur pengisian daya ikut meningkat. Selain itu, proyek energi hijau seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin juga membutuhkan tembaga dalam jumlah besar untuk sistem kelistrikan dan transmisi energi.

    Namun, dengan ketidakpastian pasar global, harga tembaga bisa tetap fluktuatif. Jika AS benar-benar menerapkan tarif baru, pasokan bisa semakin terganggu, yang pada akhirnya dapat mengerek harga lebih tinggi. Sementara itu, efektivitas stimulus China dalam mendorong pertumbuhan ekonomi juga akan menjadi faktor penentu dalam pergerakan harga logam ini. Jika pertumbuhan China lebih lemah dari yang diharapkan, permintaan tembaga bisa melambat dan mengimbangi tekanan kenaikan harga akibat tarif AS.

    Bagi para investor dan pelaku industri, situasi ini perlu terus dipantau. Harga tembaga yang tinggi bisa menjadi peluang bagi produsen, tetapi di sisi lain, biaya bahan baku yang naik bisa membebani sektor manufaktur. Dengan dinamika pasar yang terus berkembang, keputusan investasi di sektor ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor global yang sedang bermain.

    Share. Facebook Twitter Email Telegram WhatsApp Copy Link
    AS7
    • Website

    Related Posts

    Bank of Japan Mulai Kurangi Pegangan Obligasi | Republik Trader

    1 Juni 2025

    Trump Umumkan Rekomendasi Tarif 50% untuk Uni Eropa Mulai 1 Juni | News Republik Trader

    23 Mei 2025

    Dampak Kebijakan Tarif Trump terhadap Harga Emas dan Perdagangan Global

    3 April 2025

    Comments are closed.

    Republik Trader
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube Telegram
    © 2025 - RepublikTrader. All rights reserved.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.